Dalam Makna Lokusi


Sebuah kehormatan ketika bisa menjadi jembatan untuk sesuatu yang asing menjadi dekat, melebur, merangkai kata dalam satu cara.  Dengan latar alam, sebuah cerita di bangun bersama. Membangkitkan kemanusiaan yang selama ini menyendiri. Menyadarkan keperdulian kembali pada kenyataan bahwa ia harus berperan. Dan seringkali kemanusiaan dan keperdulian itu tidak berteman dengan keramaian, dan entah mengapa ia menguat, mencuat saat kesenduan mengalun bersama suara-suara alam.  

Seorang sahabat yang melepas jenuh dari suasana kota di pesisir dan seorang teman dengan atau terpaksa beberapa bulan lalu harus menetap di perbukitan, meninggalkan aroma pesisir juga. Tidak ada yang spesial, perjalanan mencari udara segar sembari menikmati secangkir kopi bagi kami cukup untuk membuat dua jam terasa bergulir cepat. 

Sesi kabar-kabari sembari melempar guyonan ringan menjadi teman di awal. Setiap pesanan dari menu satu persatu menghampiri pemesan. Aroma kopi dengan proses natural mulai menari-nari, memenuhi ruang saji. Dan ini yang menarik kedua wanita, teman berbagi hari ini mendekat, membiarkan rasa ingin tau mereka berkuasa.

Ku mulai dengan mengenalkan mereka pada sosok penyedu, owner dan pemilik ide kreatif Bayakmi Kupi. Dengan alasan apapun tempat ini di dirikan, potensi alam rasaku sebagai upaya untuk salah satu cara menghadirkan habitat kopi pada pengunjungnya. Untuk kopi yang di suguhkan sedikit banyak aku paham sekaligus sedikit tau karakter si penanam. Di tanam, di rawat, di petik, di proses, kadang di roast, di sedu oleh satu tangan. Ini mengajarkan bahwa seseorang menghadirkan kopi dengan pengetahuannya sendiri. Dan itu mahal. 

 "Cara atau metode menyedu ini tujuannya sederhana, bagaimana seorang penyedu berusaha secara maksimal menghadirkan rasa kopi yang ia bawa. Tanpa campuran. Benar-benar konsep be your self.  Dan penting untuk paham seorang penyedu atau tren dengan sebutan barista saat ini, apa-mengapa kita memilih bahan dan metode seduh tertentu untuk berbagai jenis kopi", jelasku.


"Natural itu memiliki aura jauh dari jenuh. Karena itu setiap proses memiliki tujuannya sendiri, sama halnya dengan manusia, setiap perbedaan di hadirkan untuk kita nikmati dan belajar sesuatu darinya”, tanpa berusaha keras menjual produk aku memilih berbagi cara pandangku untuk tanaman kopi.

“Jadi karena apa mba’ mengabdikan diri di kopi?” sapaan mba’ yang berawal dari guyonan saat di bangku mahasiswa dari sahabat pesisirku.

“Bagi banyak orang berfilosofi di kopi itu sesuatu yang berlebihan kadang. Tapi ketika kita maknai, banyak yang diajarkan proses hidup kopi. Filosofinya sederhana, belajar bagaimana kita menemukan kata “benar” dalam sebuah proses. Contoh banyak orang yang paham bahwa ia sedang hidup, tapi  sebagian dan hanya sebagian kecil kita dapat paham dan menemukan bagaimana cara kerja hidup. Di kopi, proses yang menyertakan ilmu seringnya berakhir dengan kulitas mba’, harga lebih mahal dan penikmatnya paham apa yang dia nikmati. Dan bukannya menemukan seseorang yang mampu  memahami,  menghargai apa adanya kopi itu sebuah kehormatan?” ku akhiri dengan pertanyaan tanpa mengharapkan jawaban. Ini trik untuk terlihat berisi, cara pasar yang sering ku gunakan agar menularkan kebanggaan akan kopi.  

Mungkin bagi banyak orang alasan yang kita utarakan lebih penting dari pada mendengar jawaban bahwa kita “tidak memiliki alasan- hanya karena ingin”.

Seperti inilah siang berlalu memberi waktu pada sore, meninggalkan kesan dan pesan yang ku serahkan pada pikiran kedua wanita ini untuk menghargai potensi dan keindahan kota kelahiranku. Gayo.
Beginilah rangkaian makna pada gelas kosong di penghujung waktuku.

Komentar

Postingan Populer