Overdose, yes I know
kamuskamu.com |
Bunyi berisik malam
tadi ternyata dari para serdadu bernama hujan. Pagi-pagi buta, bumi masih gaduh
juga karena serdadu hujan yang belum
usai menunaikan tugasnya. Hari ini sang surya mengalah, bumi hanya seterang
lampu neon. Frekuensinya menurun entah karena alasan apa. Tidak seperti biasa,
penguasa galaksi bimasakti ini menyimpan kuasanya seharian. Hingga hari
benar-benar gelap. Harusnya telah berganti bulan dan para bintang. Tapi, perseteruan
dilangit memenangkan serdadu hujan kali ini.
Intinya harus nikmati
hari dalam gemericik air hujan. Bertarung dengan udara dingin yang gigih ingin menyapa
tulang. Mengurung rencana menikmati secangkir kopi dipinggiran danau laut
tawar. Menarik imajinasi dalam sebuah ruang, tanpa sedikitpun disapa oleh alam.
Harus ikhlas menghabiskan hari dengan cara yang berbeda.
Happiness and keep
smile, only I can change my life no one can do it for me. Ini jadi fashion untuk
cepat move on dari situasi apapun. Kerjakan apa yang harusnya telah selesai. Mengambil
langkah lain, memungut semua yang
terabaikan.
Dalam ruang nyaman ditemani
para perenang handal, ikan. Ada satu pikiran yang mendominasi. Ribuan liter air
yang jatuh kebumi hari ini. Belajar dari mereka yang tidak pernah berteriak
sakit atau meminta tempat yang mungkin lebih berprikeairan. Menuntut fungsi
lainnya. Ditarik kelangit, dalam perubahan bentuk. Dijatuhkan kembali dari
ketinggian puluhan ribu meter ke bumi. Diharuskan hidup diberbagai tempat yang
berbeda.
Tidak perlu susah
membayangkan jika mereka seperti manusia. Hidup memiliki suara. Memiliki rasa. Mungkin
mereka akan berteriak dalam waktu yang bersamaan. Tubuh kecilnya dihempaskan, menghantam
unsur lain. Terlepas apakah teriakan mereka karena rasa gembira, sebab kini
memiliki kesempatan menikmati hidup dibumi. Atau teriakan rasa sakit, yang
menjadi takdir tak terlepaskan dari lingkaran hidupnya.
Suara rintihankah itu, kekecewaankah,
keluhan, tangisan, atau rasa senang yang terluapkan. Baiknya memiliki frekuensi
yang tidak terjangkau pendengaran manusia. Sepertinya hidup akan lebih rumit. Pendengaran
kita dihadapkan dengan suara miliaran bulir air. Tapi, ada rasa ingin
mendengarnya.
Bagaimana jika benar
mereka bersuara. Bagaimana jika mereka juga beraktifitas seperti manusia. Mereka
yang hidup di sela-sela unsur tanah, yang melayang diantara bumi dan langit, yang
masuk dan berputar dalam tubuh manusia, yang mengalir diberbagai tempat. Jika
diteruskan mungkin akan sampai pada kata mereka ada dalam segala aktivitas
manusia, mereka ada di segala tempat disemesta. Lagi, bagaimana jika
benar-benar mereka bersuara.
Tanpa sadar, helaan nafas panjang menghentikan laju pikiranku. Kali ini, sepertinya ini yang tuhan titipkan untuk dipelajari. Tuhan lebih tau apa yang ia perbuat. Kembali fokus mendengarkan gemericik air hujan, menatap gerakan mereka yang menantang tanah. Suara mereka menyentuh bumi dengan merdu. Mudah dinikmati. Menggandakan embrio kenyamanan. Lebih lembut lagi ketika sesekali angin menerbangkan langkahnya. Membuat mereka menjadi makhluk yang manis yang sepertinya tidak tau caranya merintih.
Tanpa sadar, helaan nafas panjang menghentikan laju pikiranku. Kali ini, sepertinya ini yang tuhan titipkan untuk dipelajari. Tuhan lebih tau apa yang ia perbuat. Kembali fokus mendengarkan gemericik air hujan, menatap gerakan mereka yang menantang tanah. Suara mereka menyentuh bumi dengan merdu. Mudah dinikmati. Menggandakan embrio kenyamanan. Lebih lembut lagi ketika sesekali angin menerbangkan langkahnya. Membuat mereka menjadi makhluk yang manis yang sepertinya tidak tau caranya merintih.
~
Komentar
Posting Komentar