Wajah yang mana?
Ciptaan tuhan yang ini aneh. Seaneh kepercayaan akan
dewa-dewi hidup para penghuni gunung himalaya. Percaya mereka melebihi dirinya
sendiri yang persis hidup dalam bentuk yang sama. Satu dikungkung dalam
kurungan dewi dan yang lain dipasung dalam nama manusia. Bahkan jika mereka
berjalan bersamaan kebingungan persepsi akan lebih mendominasi. Tidak terlihat
beda tapi bukan berarti mereka sama. Hanya balutan kain berwarna warni, riasaan
wajah yang menutupi keaslian menjadi tanda mana manusia dan mana sang dewi hidup tokoh
penentu karma.
Sama halnya
dia, sulit dibedakan dan lebih sulit menentukannya. Tidak berwujud tapi aku
termasuk yang percaya ia pertanda baik. Memanggul nama tanpa rincian keberadaan
yang jelas. Hanya seberkas keterbukaan
pada dunia yang haus wujud. Namanya…
Kutarik
perlahan, sedikit demi sedikit tentangnya. Dari lembaran-lembaran lusuh hasil tulisan
para ahli ilmu psikologi, tentang kebenarannya ku akui. Tapi itu teori bisa
lenyap jika manusia tidak menyadari atau tidak memberi ruang wujud untuknya.
Kehidupannya
dalam hidupku dan hidup kalian yang disana. Tidak bisa ditepis ketika ia ingin
berwujud ditubuh ini, namun sulit kesadaranku mengenalinya. Saat setiap manusia
menarik dirinya dari manusia lain, dikegelapan malam ketika hal yang sama
kulakukan pikiranku meminta untuk bergerak dalam kebebasan. Memejamkan mata
dari merekam aktivitas manusia lain mungkin cara untuk melihatnya. Karna
kebingungan mengenalinya adalah saat bersama manusia lain. Terkadang ketika
beralih dari dunia nyata ia tampak. Menenangkan. Diwaktu lain, ia kembali
membalut diri dalam persembunyian. Apakah wujudnya dalam tawa manusia atau
tangis teragis mungkin juga dalam sedu sedan. Entahlah sekali lagi sulit aku
mengenali diwajah mana ia berwujud nyata.
Fitrah bagi
anak adam, berkeinginan dibersamai olehnya. Ingin tau yang mana jati dirinya?. Diwajah
seperti apa ia dapat dikenali?. Dirasa mana ia nyaman bersemayam?. Dikepalsuan
mana di enggan?. Sampai saat ini entah mengapa ia membuat jati dirinya adalah
teka-teki. Terlalu banyak rintangan mengikuti jalurnya, tapi sebuah peringatan yang
menyakinkan diri bahwa dia tidak mati. Entahlah apa inginnya. Entah apa prinsip
hidupnya hingga sulit keluar dan terlihat dipagi maupun dikala bulan unjuk dada
dalam pekat malam. Aku hanya tahu satu gambaran tentangnya. Tuhan memberinya
nama kejujuran, untuk memberitakan keberadaanya dalam tubuh manusia.
Ia
tidak memiliki saudara. Dihidupkan dalam kesendirian. Tapi kekuatannya melebihi
ribuan kata lain. Begitulah tuhan meciptakannya. Mengemban makna di triliunan kepentingan
umat manusia. Hidup diawal kehidupan manusia. Mati diakhir kehidupan dunia. Kebaikan
hidup dimulai dengan membawa namanya. Ia kejujuran
…
Komentar
Posting Komentar